Selasa, 25 Januari 2011

Friendship





"Kemesraan ini sebaiknya janganlah cepat berlalu. Kadang waktupun tak cukup untuk mencurahkan isi hati. Dan mulutpun tak cukup untuk mengungkapkan kata-kata. Ketika mulut tak lagi mampu mengucapkannya, biarkanlah hati kita yang bertaut satu sama lain. Lewat isi hati, cerita, celoteh, tawa, dan tangis. Dan senyummu kawan, seperti air hujan yang menyirami kaktus dipadang gersang. Sangat menyejukkan. Kisahmu yang sangat berguna untuk dibagikan. Didengarkan sekadar untuk mengisi kekosongan hati dan menyelimuti malam itu selain gelap yang setia menemaninya. Terima kasih untukkmu kawan, Pandu Mahasyah, Hikmah, Yuni Rachmawati Putri, Taviani Kumaladewi, Nadya barek Boli, Endah Lestari."

Senin, 17 Januari 2011

Kenyataan

"Aku telah menemukan tanpa tahu apa yang aku cari.
Aku telah kehilangan tanpa tahu apa yang telah aku temukan.

Setiap manusia memiliki ruang kosong dihatinya. Ketika seseorang datang dan kita berfikir bahwa dia mengisi ruang kosong itu, sebenarnya dia hanya berdiri di depan pintu dan menyamarkan ruang kosong tersebut.
Ruang kosong dihati kita tetap ada dan tak akan pernah benar-benar terisi.

Cuma karena hati harus terisi, dan rasa haruslah cinta, maka kerapkali manusia berlari dan mencari, entah apa...
Cuma karena sepi diartikan mati, dan luka tak boleh ada, maka manusia berpikir sudah menemukan, entah apa...
"


*Alia - Cinta Pertama "Every Diary has Secret"

Rabu, 12 Januari 2011

Perempuan tua itu yang saya sebut Ibu

Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Ku pandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirkupun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

*
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu dtimang

Nada nada yang indah
Slalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci
Tlah mengangkat diri ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Oh bunda ada dan tiada dirimu
Kan slalu ada di dalam hatiku

Pagi ini, tiba-tiba terngiang lagu tersebut dalam pikiran saya. Saat saya melihat seorang perempuan tua yang tertidur bersandarkan dinding dengan seekor kucing kecil dipangkuannya. Saya yakin kucing tersebut pasti juga merasakan butiran-butiran kasih sayang dari sentuhannya, sehingga dia sangat nyaman didekapannya. Saya lihat dan saya amati wajahnya. Tiba-tiba saya tertegun melihat wajahnya lelahnya. Seakan semua perjuangannya selama ini terputar kembali diwajahnya seperti dalam pertunjukkan gedung bioskop. Perempuan tua itu sudah tak muda lagi, yang ada dimukanya hanya kerutan-kerutan yang menggerogoti setiap waktunya detik demi detik. Saya yakin perjuangannya selama ini yang membuatnya lelah. Sudah puluhan tahun kira-kira. Saya sudah berusia 18 tahun, belum lagi kakak saya yang berusia 23 tahun. Kira-kira dalam kurun waktu itulah dia habiskan waktunya, tenaganya, bahkan air susunya yang saya teguk dahulu. Kemudian saya lihat tangannya, tak beda jauh dengan wajahnya. Penuh dengan kerutan yang melambangkan lelahnya. Tapi dahulu tangan itu yang mengangkat tubuh mungil saya. Tangan itu yang selalu terulur untuk saya. Tangan itu yang mengalirkan ribuan butir kasih sayang disetiap sentuhannya. Bahkan jiwa dan raganya pun rela dia berikan.Tiba-tiba teringat kembali sepotong pepatah dalam ingatan saya. Memberi makan perempuan tua itu seumur hidupnya takkan mampu membalas semua yang telah diberikannya. Air susu yang ada dibumi ini pun juga takkan mampu menebus air susunya yang diberikan dahulu. Sungguh tak dapat terbayangkan bahwa kasih sayangnya yang tiada tara didunia ini. Belum lagi tiba-tiba teringat balasanku untukknya. Belum banyak, seperti yang dia berikan pada saya. Yang banyak hanya bentakan, rasa kesal saya padanya. Mungkin dibalik itu semua hatinya lebih kesal bahkan lebih lelah dibanding saya. Tapi perempuan tua itu sangat mulia, tak pernah dia mengeluh sedkitpun tentang rasa lelah dan kesalnya itu. Ya, perempuan tua itulah yang selama ini saya sebut IBU.

Kamis, 06 Januari 2011

DEFINISI

"RUANG RASA"

"Rasa marah, senang, bahagia, terpojok, sedih, terharu, takut, cemas, merdeka, terjepit, gelisah, gundah, semuanya tumpah ruah disini dalam satu wadah yang bernama R A S A ! ! !"

Senin, 03 Januari 2011

Fireworks!


Setidaknya seperti ini perayaan Tahun Baru 2011 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Ramai lengkap dengan hiruk pikuknya. Lengkap dengan ledakan kembang apinya. Seakan melambangkan harapan-harapan baru dan asa-asa baru yang siap untuk memuncak ditahun yang baru. Dibawah langit yang gelap itu, yang hanya diterangi oleh lampu-lampu kota yang remang. Dihimpit oleh ribuan manusia yang ingin menyaksikan kobaran kembang api tersebut. Oleh segelintir manusia yang tidak segan mengeluarkan uangnya untuk membakar kembang api tersebut. Mungkin hanya dengan harapan dapat membahagiakan orang sekitarnya. Saya menilai dan mengapresiasikannya lebih dari itu. Selain hati saya sepi, tapi saya sangat bahagia karena Tahun Baru ini ditemani oleh segelintir teman saya. Tidak ditemani oleh Timeline jejaring sosial yang saya miliki. Melihat update teman-teman saya dengan hingar bingarnya. Saya memandang kembang api itu adalah harapan-harapan baru saya ditahun ini. Ledakannya seakan membakar jantung saya. Berharap ingin terbang luas seperti kembang api tersebut. Lewat ledakan itu saya mencoba melepas semua yang telah terjadi disatu tahun yang lalu. Dingin, kelam, mencekam itulah yang saya buang jauh, saya lepas keangkasa. Hangat, terang, nyaman itulah yang saya putar kembali dipikiran saya sembari menghantarkan saya memasuki tahun yang baru ini. Saya berharap menjadi seseorang yang baik dari tahun kemarin. Lebih baik dalam segala kategori kehidupan ini. Atau apabila beruntung saya bisa menemukan sebelah sayap saya yang hilang, agar saya bisa terbang dengan bebas. Amien...
SELAMAT TAHUN BARU 2011