Sabtu, 25 Juni 2011

Karma

Karma bukan tentang apa yang terjadi hari ini, kemarin, lusa, atau hal yang lalu. Karma adalah hasil yang kita petik setelah apa yang kita tanam dahulu. Baik itu manis walaupun pedih. Jangan pernah menyalahkan keadaan Tuhanmu. Bukan tentang hal dulu yang secara sadar telah dilakukan, mungkin saja rentang waktu yang mungkin tak terfikirkan olehmu. Mungkin saja memang bukan kau yang menanamnya tetapi kau terkena getah dari cerita dahulu itu. Sekali lagi karma itu bukan tentang cerita dahulu yang bercerita tentang satu tokoh tetapi banyak peran-peran didalamnya yang memaksa peran-peran masa kini untuk berperilaku setidaknya sama dengan masa dahulu.

Jumat, 24 Juni 2011

Elegi

Entah apa yang saya rasakan hari ini sepertinya tak seperti biasanya. Semua kejadian hari ini sepertinya merupakan bagian transisi hidup saya kearah yang lebih baik. Kejadian-kejadian yang sempat mengusik memori yang seharusnya saya pendam dalam-dalam dan tak boleh sedikitpun terusik diperaduannya. Namun pemeran memori tersebut hadir didepan mata saya, tak tahu apa yang harus saya lakukan. Kaku dan kelu. Seakan otak dan raga ini tak mampu menjelaskan artinya. Seakan kekuatan saya hilang, jangankan untuk berteriak, berkata haluspun saya gagu. Gagu dalam bahasa tubuh maupun dalam bahasa oral. Selain itu ada yang benar-benar mengusik hidup saya, kenangan itu. Ya, kenangan itu. Kenangan yang pernah saya lakukan atas nama cinta. Semua yang pernah saya lakukan walau harus menerjang dinginnya malam, terkurasnya materi, bahkan harga diri saya juga akan saya pertaruhkan untuk kenangan itu. Memang ketika akal dihadapkan pada suatu keadaan yang disebut CINTA. Semua takkan pernah bisa berguna dan akan tergeletak dengan mudahnya.

Sedih, bingung. Setidaknya itulah yang harus saya dendangkan disamping kenangan dahulu yang sedang diputar kembali. Ketika saya mendengar wacana yang sangat mencengangkan. Berasal dari pihak yang terpercaya. Menyatakan bahwa kehidupan seseorang atau bahkan suatu keluarga akan berubah setelah apa yang telah mereka lakukan bersama hingga seperti sekarang. Apakah semua ini harus diulang kembali dari nol? Hanya doa yang dapat menguatkannya dan hanya doalah yang mampu menopangnya agar tidak roboh ditubuh renta dan dihari senjanya. Apapun yang terjadi kau tidak boleh sama dengan mereka. Yang mencari setitik kebenaran dijalan. Yang hanya mengandalkan keringat didahi mereka untuk melanjutkan esok. Kau harus tetap dikasurmu yang nyaman dan hangat dengan secangkir kopi atau teh yang tersedia hangat disamping ranjangmu. Saya bahkan akan berjanji kalau jalanan itu haram untukmu. Walaupun harus saya yang berpacu dijalanan.

Berfikir, termenung. Apa yang telah saya lakukan tadi? Terlihat seperti binatang jalang? Tentu tidak, saya bukan binatang jalang yang mencari recehan dari kantong puan-puannya untuknya membeli sepotong roti dan segelas minuman untuk malamnya. Saya hanya seseorang yang mencari jawaban atas pertanyaan besar ini. Saya seorang mencari makna cinta yang sesungguhnya itu berada. Bahwasannya banyak teori mengatakan bahwa cinta sejati itu hanya cinta induk kepada buah hatinya, baik itu manusia atau hewan sekalipun. Tuhan menciptakan banyak cinta, dan saya yakin bahwa cinta itu bukan hanya satu. Cinta itu ada dimana-mana walaupun harus dengan kadar yang berbeda. Malam ini saya belajar satu hal, tak semua rupa sempurna itu memberikan keteduhan apalagi cinta. Rupa sempurna sekarang justru membiaskan pantulan yang sangat berbanding terbalik seperti cermin limaran yang mengatakan kalau buruk rupa adalah perempuan tercantik dimasanya. Walaupun saya mengerti setiap perbuatan kita akan ada balasannya. Namun rasanya saya tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Kalau saja saya bisa mengintip naskah Tuhan yang sudah dituliskan untuk saya. Setidaknya saya mengerti semua ini, atau bila lebih saya bisa mengetahui arah dari jalan cerita ini. Jalan cerita ini akan menuju satu yang berbentuk apa? Abstrak untuk saya sekarang.

Minggu, 12 Juni 2011

Harapan mimpi

Ketika Tuhan sudah mengetuk kehendaknya dengan suatu bahasa yang disebut tidak, masih adakah hal yang masih bisa kita lakukan? Ketika suatu harapan dihadapkan dengan ribuan mata pisau yang siap menusuk, adakah tempat kita untuk bisa menyamankannya?
Bahkan dengan seribu peluh penuh asa dan seribu impian penuh makna tak akan ada yang bisa merobohkan kehendak itu. Kita hanya bisa bersyukur atas apa yang telah kita genggam kuat sekarang. Sebuah pelajaran tingkat dewa yang sangat sulit diterapkan oleh insan pemuja langit seperti kita ini. Cobalah sedikiit lebih rendah hati dengan memuja bumi dibanding harus memuja langit yang seakan menyakitkan leher dan menyesakkan dada jika jatuh dari atasnya.
Kita hanya bisa bermimpi atau berharap dan menitipkan mimpi itu ditanganNya dan sesukanya akan diapakan mimpi itu.
Mereka bilang saya pemimpi. Mereka bilang saya pembual asa. Saya memang seperti itu. Setidaknya untuk insan yang tak punya bongkahan harta atau sekelebatan tahta hal itu bisa menjadikan saya bermakna. Tidak berada ditempat busuk yang tak ada artinya bahkan untuk kecoa-kecoa bau itu. Tidak seperti seonggok daging yang menunggu mati. Hidup berawal dari mimpi dan akhirnya akan kembali pada tempat mimpi itu dibuat. Dan hanya satu kegiatan yang dapat kita kerjakan dibumi ini, yaitu BERSYUKUR!

Sosok itu

Kulambai dirimu dengan pedih, dengan rintihan malam yang seakan berdecit memilukan kalbu. Ketika kau berikan asa itu bagaikan kau datang dengan gagahnya kuda putih yang menyilaukan pelangi. Namun kau tak menghampiriku seperti cerita dongeng. Kau malah terus berpacu seakan menghilang diperaduannya. Kau tinggalkan aku dengan lagu sedih yang seakan mengalir sendiri tak terpanggilkan. Kau berlalu tanpa menoleh sedikitpun kepadaku. Kau berlalu tanpa sempat kuhirup wangimu. Dan kau berlalu dengan memberikan kesan berbekas dihatiku, tanpa tahu siapa yang akan mewarnai bekas itu.

Jumat, 10 Juni 2011

DUNIA

Ketika kubuka pagi ini dengan sebekal harapan menyambut pagi. Ku lihat sekelilingku terbang lepas dengan sepasang sayap indah dan menawan. Kulihat mereka dengan kantong-kantong emas disangkarnya. Sementara aku? Untuk terbang saja aku tak punya cukup sayap untuk itu, dan untuk mendapatkan kantong-kantong emaspun aku harus mencari ribuan celah atau bahkan aku harus menggali. Sedalam apa aku harus menggali? Seakan dengan tangan mungil ini hanya mampu menggali tak lebih dari sejengkal jari manismu. Tapi setidaknya aku normal, aku ingin bahagia. Siapa yang tak ingin menggapai mentari digenggamannya? Kurasa tak ada, mungkin hanya manusia yang dibelenggu nila saja yang buta akan adanya mentari. Untuk insan kecil seperti akupun pasti ingin membahagiakan orang tuanya. Dengan cara apapun pasti semua insan kecil itu ingin melakukan itu. Walau hanya dengan berada disampingnya dan memeluknya dengan hangat sambil menikmati senyumannya, walau hanya setes air hujan dapat menenggelamkan dahaganya. Dan ketika airmata hanya akan menambah bebannya, kutahan walau rasanya seperti menghakimi tenggorokan. Yang kuharapkan hanya doa dari bibir rentanya yang mampu merobohkan kerasnya karang pantai, bahkan mampu mengubah lembutnya kulit menjadi sekeras batu. Aku tak tahu apa yang akan terjadi dengan tabir esok, yang kumau hanya membuatnya bangga dan membuat akhir hidupnya indah sebelum ajal menjemput diri ini ataupun dirinya. Sampai akhirnya kita semua terlelap dalam kenyamanan.