Senin, 02 Desember 2013

JENDELA-JENDELA BUDAYA DALAM VARKENSROZE ANSICHTEN

Oleh: Setiyo Prutanto (dengan beberapa penggubahan)

Varkensroze Ansichten (2003) adalah buku kumpulan puisi karya Mustafa Stitou. Tidak hanya Varkensroze Ansichten, Mustafa Stitou telah menerbitkan beberapa karya sebelumnya, yaitu Mijn Gedichten (1998) dan Mijn Vormen (1994). Buku yang diterbitkan oleh De Bezige Bij di Amsterdam ini berhasil menjadikan Mustafa Stitou menjadi salah satu penulis yang berpengaruh di Belanda. Selain itu, Varkenroze Ansichten juga mendapat penghargaan VSB Poezieprijs pada tahun 2004. Penghargaan ini merupakan penghargaan utama di bidang sastra di Belanda. Varkensroze Ansichten terdiri dari empat sajak yang mengangkat tema humor dan ironi. Disamping tema tersebut, di dalamnya juga terdapat penggambaran budaya dari mata seorang imigran. Seperti yang kita ketahui bahwa Mustafa Stitou adalah seorang penulis imigran yang berasal dari Maroko. Penggambaran budaya tersebut tergambar apik dalam beberapa puisi yang dihadirkan dalam buku ini.

Secara umum puisi yang terdapat dalam buku ini menggunakan aku lirik dimana semua pandangan hanya terbatas pada satu sudut pandang imigran saja. Sudut pandang ini menjadikan pembaca seperti menggunakan kacamata kuda yang hanya dapat melihat ke depan tanpa bisa melihat sudut pandang lain. Pilihan kata yang dipilih untuk membentuk buku ini sulit dan tidak terlihat bahwa penulisnya adalah orang imigran sehingga terkesan bahwa penulis buku ini adalah orang Belanda asli. Sampul dari buku ini merupakan gambar kulit babi yang dihiasi dengan bulu halus di atasnya dan menjadikan buku ini sebuah kontroversi. Stitou yang seorang muslim berani mengangkat babi untuk sampul bukunya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa babi adalah hewan yang haram bagi umat muslim. Pengambilan gambar kulit babi itu berkaitan langsung dengan judul buku Varkensroze Ansichten yang berarti kartu pos bergambar babi merah muda. Stitou juga sangat jarang atau bahkan hampir tidak pernah menggunakan aturan rima dalam puisinya. Bentuk puisinya terkadang juga ada yang berbentuk prosa. Dari bentuk tersebut terlihat bahwa Stitou ingin membuat gebrakan baru dengan tidak menggunakan rima dan aturan-aturan pakem dalam berpuisi. Stitou ingin keluar dari aturan-aturan yang mengharuskan puisi itu memiliki rima.

Budaya Mencatat dalam Puisi Ansichten 
Puisi Ansichten adalah kumpulan memo dari tetangga wanita Mustafa untuk menjaga rumahnya ketika Mustafa sedang berlibur, terlihat dalam bagian tujuh: ‘Groeten, je bovenbuurvrouw.’ Setiap bagian dalam puisi ini terdiri dari tiga baris dan bervariasi pada jumlah baitnya. Ketujuh bagian puisi ini tidak berkaitan secara langsung karena pada setiap bagiannya mewakili kejadian apa saja yang terjadi di rumah tersebut. Ketujuh bagian sajak ini dapat diinterpretasikan sebagai tujuh hari lamanya Mustafa berlibur. Puisi ini tidak menggunakan majas dan gaya bahasa apapun sehingga semua kalimatnya memiliki makna denotatif (makna sebenarnya). Barisan kata-kata dalam puisi ini berkaitan dengan hal-hal yang bersifat nyata dan aktualitas. Kata-kata aktualitas tersebut menjadikan puisi ini kehilangan keindahan yang bisa saja terbentuk dari kata-kata berkiasan indah dalam sebuah puisi.

Budaya mencatat yang sangat akrab dengan kehidupan keseharian Belanda yang dapat dilihat dalam puisi ini adalah kebiasaan mencatat apa yang terjadi dalam kehidupan kesehariannya. Sama seperti pentingnya agenda untuk kehidupan orang Belanda, memo menjadi salah satu aksesoris kehidupan Belanda untuk menyampaikan pesan kepada seseorang seperti pada bagian empat dimana tetangga wanita Mustafa menuliskan pesan untuk Mustafa. Pesan tersebut berisi menanyakan kesediaan Mustafa untuk diwawancarai oleh salah satu program televisi perihal kehidupannya sebagai seorang penyair. Mereka mengharapkan kabar jika Mustafa sudah kembali. Penggambaran ini sama seperti halnya zaman kolonial ketika Belanda masih menguasai tanah Nusantara. Seperti yang kita ketahui, sumber-sumber sejarah masa kolonial tersebut merupakan hasil tangan catatan orang Belanda. Ansichten berhasil membuka mata pembaca untuk mengenal budaya mencatat yang sangat dekat dengan kehidupan Belanda.

Stitou mengambil judul Ansichten yang bermakna ‘kartu pos’ dan membangun bentuk memo dalam puisinya bukan tanpa alasan. Kartu pos dan memo menjadi simbol untuk menyampaikan sesuatu. Stitou secara tersirat ingin menyampaikan sesuatu dengan menggunakan bentuk memo dalam Anscihten.

Keagungan Barat dalam Puisi Flirt 
Puisi Flirt bercerita mengenai ketegangan aku lirik dengan penjahit dimana ia memperbaiki kostum teaternya yang tidak sengaja dirusak oleh tangannya sendiri. Ketegangan tersebut terjadi karena aku lirik tertarik dan mencoba menggoda anak pemilik penjahit tersebut. Lagi-lagi tidak akan ditemukan bentuk puisi yang di dalamnya terdapat rima yang ditanggalkan di setiap akhir barisnya. Puisi ini berbentuk prosa dan terlihat seperti cerita yang biasa ditemukan dalam cerita pendek. Bentuk yang jarang ini menjadikan puisi ini terlihat sangat berbeda dan tidak menarik pembaca bila melihat bentuknya untuk pertama kalinya. Tokoh aku lirik dalam puisi ini sama seperti tokoh Ikal dalam buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tokoh Ikal tertarik pada gadis keturunan Cina dan mencoba mencuri pandang dengan gadis tersebut yang merupakan anak dari seorang pemilik toko tempat dimana ia rutin membeli kapur. Hal itu yang menjadikan alasan mengapa Ikal selalu semangat jika diperintahkan oleh gurunya untuk membeli kapur di toko tersebut.

Ketika aku lirik mengalami ketegangan dengan penjahit, aku lirik sangat merasa panik dan merasa dirinya kecil sedangkan penjahit tersebut terlihat seperti berhala yang harus ditakuti, terlihat dalam kalimat: ‘Als een afgod. Wonderlijke afgod. Ik zag dat hij mij opnam. Met een mengeling van minachtig en teleurstelling woog hij mij. Paniek ja! Geleidelijk raakte ik paniek.’ Menurut kacamata orang imigran, mereka menganggap bahwa orang Barat lebih besar dan lebih tinggi derajatnya dan harus ditakuti layaknya sebuah berhala. Kata ‘afgod’ yang bermakna berhala merupakan penggambaran yang sangat jelas bahwa imigran menilai orang Barat memang lebih tinggi derajatnya dari diri mereka sendiri.

Bentrokan Budaya dalam Puisi Ansicht Uit De Droom &Vreesman
Puisi Ansicht Uit De Droom & Vreesman terdiri dari tiga bait. Setiap baitnya diisi dengan sembilan baris. Seperti yang ditemukan pada puisi sebelumnya, puisi ini juga tidak terdapat rima disetiap akhir kata pada setiap barisnya, selain itu juga terdapat banyak sekali enjabemen.
Onder aan de stilstaande roltrap een Frans buldogje,
besnuffelt mijn rechtervoet en begint te gniffelen,
schampert mijn naam. Straks pist het nog tegen mij aan!
Voorzichtig schop ik het hondje opzij. Is dit dogje
niet heimelijk mijn Pa? Schiet mij te binnen,
alles immers komt ergens vandaan, en wat een triomf
zou dit zijn! Met kloppend hart raap ik het symbool op,
schichtig kijkt mij aan, geen spoor van gelijkenis.
Kleuterpop knalt door de geglazuurde ruimte.
Dari contoh bait di atas, terlihat walaupun enjabemen digunakan namun tidak terlihat adanya bentuk rima pada setiap akhir barisnya. Enjabemen ini menjadikan puisi ini berbeda dari pakem puisi yang sudah ada.

Keseluruhan isi puisi ini secara umum menggambarkan mengenai perbedaan budaya Timur dengan budaya Barat dengan perbedaannya yang bagaikan langit dan bumi. Di satu sisi, budaya Timur yang malu-malu dan menghindari soal seks sedangkan budaya Barat yang lebih terbuka dalam membicarakan soal seks. Mustafa memilih kata preutse oosten untuk budaya Timur dan wellustige westen untuk budaya Barat. Preutse oosten dan wellustige westen, dua kata yang mampu memberikan dua kubu berbeda yang hidup di dalam bumi ini.

Varkensroze Ansichten karya Mustafa Stitou tidak hanya memberikan kontroversi pada sampulnya yang bergambar kulit babi saja, di dalam buku ini juga dihadirkan penggambaran budaya dari sudut pandang imigran. Sebuah jendela yang mampu membuat pembaca bisa melihat budaya dengan cara yang unik dengan membaca puisi. Budaya mencatat yang melekat dengan kehidupan Belanda yang terangkum apik dalam kumpulan memo dalam puisi Ansichten, hierarki orang Barat yang lebih tinggi dibanding orang Timur yang pantas ditakuti dalam puisi Flirt, dan budaya Timur yang malu-malu dan menghindar soal seks maupun budaya Barat yang lebih terbuka dalam membicarakan soal seks dalam Ansicht Uit De Droom & Vreesman. Mustafa Stitou berhasil menghadirkan mozaik-mozaik kebudayaan dan dirangkum apik dalam puisi-puisi Varkensroze Ansichten.