Minggu, 06 Oktober 2013

Menulis, Cinta dan Ketakutan

Sudah lama tak saya sambangi laman tulisan pribadi tunggal saya ini. Agak sedikit rindu untuk menuliskan drama-drama kehidupan saya di sini. Tak banyak cerita yang bagus untuk di bagikan disini. Walau memang sesungguhnya saya bangun tempat ini hanyalah untuk tempat sampah. Tempat segala rasa tercurahkan yang tak pantas dicurahkan di kehidupan nyata. Namun rasanya tak adil saja jika serta merta saya hanya menjadikannya hanya sebagai tempat sampah yang hanya rela dijejali berbagai macam materi yang memuakkan. Maka saya perlu juga menyaring mana yang harus masuk dalam tempat ini. Saya ingin lewat tulisan yang saya tulis di sini, dia juga seperti mendapat makanan lezat yang siap disantap. Memberikannya nyawa, sehingga dia bisa berperasaan dan ada. Bukan hanya selembar layar kosong tanpa isi.

Menulis, membutuhkan banyak sekali pertimbangan dan keberanian yang besar. Ketika menulis banyak perang yang terjadi di sini. Banyak gejolak-gejolak atau bahkan ledakan-ledakan yang menyertainya. Sama seperti membuka kenangan lama. Menuliskan kehidupan nyata ke dalam suatu wadah bernama rasa ini sangat indah. Banyak air mata, tawa seringai, dan gumaman kecil yang menyertainya. Bahkan tak sedikit keringat yang mengucur sebagai sebuah perjuangan mengingat-ingat kehidupan itu dan kemudian menjejalnya masuk ke tempat ini. Menulis juga sebuah pembiakkan diri saya. Membuat nyawa saya bertambah satu pada setiap tulisan yang saya tulis. Belum lagi menentukan hal apa yang ingin saya curahkan dalam lembar ini. Seperti seorang dokter bedah yang ingin membedah pasiennya. Saya dokternya dan kisah kehidupan saya pasiennya. Sebagai seorang dokter saya tidak boleh takut melihat darah, jantung, dan seisinya. Sama seperti menulis, saya tak boleh takut terhadap apa yang saya ingin tulis. Entah itu kisah sedih terluka atau bahagia terdera.

Masuk lebih dalam lagi, tentang apa yang ingin saya tuliskan pada kesempatan kali ini. Sebelumnya saya ingin bertanya pada siapapun yang membaca lembar ini. Pernahkah kau merasa jatuh cinta ketika kau takut untuk terjatuh? Ya, setidaknya pertanyaan itu mewakili perasaan yang ingin saya bagikan pada lembar ini. Rasanya seperti kau ingin lepas bebas tapi kau masih ingin memeluk belenggu tirai penjaramu. Seperti kau ingin terbang tapi kau takut akan terpaan angin. Kau ingin hangat tapi tak sanggup kau dekatkan wajahmu pada api unggun. Kau ingin melihat cahaya tapi kau malu pada mentari. Dilema tak berkesudahan. Tak ada jawaban pasti atasnya. Saya ingin memulai apa yang sebenernya ingin saya mulai, tetapi entah mengapa ada bayangan hitam yang menghalau saya untuk tetap berada pada peraduan emas ini. Tak ada yang mampu menjawab cerita ini. Saya ingin mencinta, tapi belum siap terluka. Itu intinya. Selain itu, saya juga belum diberi kesempatan untuk memeluk yang namanya cinta itu. Banyak yang menghampiri saya, tetapi hanya seperti orang-orang di halte saja. Ada yang datang, ada yang pergi juga. Hanya singgah. Bukan untuk mereka miliki. Dan saya menjadi satu bagian dari halte ini. Saya seperti penjaja asongan. Apa yang saya jual? Hati. Berharap orang-orang itu menghampiri tapi bukan untuk sekadar melongoknya saja. Ada keinginan hati kecilnya untuk membeli apa yang saya jual. Jika ada akan saya bereskan semuanya beserta kepingan-kepingan kecilnya dan akan saya bungkus rapi untuknya. Dengan apa membayarnya? Janji. Janji untuk menjaga hati rapuh ini. Entah siapa. Saya hanya akan menunggu pembeli itu.

Kado Hari Jadi

Tanggal 23 September 2013 adalah hari jadiku yang ke-21. Masih dengan harapan-harapan yang sama. Dengan sepasang kaki kecil yang sama tanpa sepasang kaki yang lain. Bersama orang-orang terbaik yang sama. Kakak yang selalu memberi kejutan yang selalu tak mengejutkan saya. Keluarga yang mulutnya tak henti berdoa untukku. Teman yang selalu memberikan kejutan, walau kali ini agak sedikit gagal. Terima kasih untuk engkau manusia-manusia terbaik-Nya. Sudah sudi memberikan sepenggal cerita di hari jadiku. Selamat ulang tahun juga untukku. Semoga mimpi-mimpi itu masih terus menjadikan api semangat dalam hidup ini.