Senin, 14 April 2014

Ruang

Manusia terkadang lupa bahwa setiap orang memiliki ruang pribadi yang sangat sakral untuk dimasuki oleh siapapun, termasuk keluarganya. Ruang dimana orang tersebut bisa menjadi apapun yang sesuai dengan kehendak hatinya. Ruang yang memberikan segala tempat dunia dimana orang tersebut merasa nyaman dari dunia luar dan mahkluk lain. Ruang yang ketika orang tersebut berada di dalamnya tak boleh ada satupun yang mengganggunya. Ruang bagi siapapun pemiliknya mampu berbuat apapun, senyaman mungkin yang mereka inginkan. Ruang yang esa, hanya orang tersebut saja yang menjadi puannya.

Sebagai pasangan, kita seringkali juga egois. Tanpa sadar kita sering ingin memiliki ruang tersebut. Padahal kita sudah mampu memiliki hatinya, raganya, bahkan jalan hidupnya. Itu semua sangat kurang bila kadang kita berfikir bisa memiliki ruang tersebut. Tak sedikit pasangan yang sering mengakhiri hubungannya karena ruang satu ini. Dimana semuanya tidak bisa mengalahkan ego untuk saling memiliki. Berjuang untuk memiliki yang sebenarnya sangat tidak mungkin dan mustahil untuk dimiliki. Jalan peranglah sebagai salah satu jalan untuk mendapatkannya. Seperti perang yang sesungguhnya, perang ini pun seringkali tidak berbuah manis, apalagi tahta. Mungkin yang ada hanya petaka, bencana, dan tangis.

Ruang ini yang sekarang saya coba mengerti keberadaannya. Ruang yang sedang saya perjuangkan untuk saya mengerti isinya, saya cerna keadaannya. Sehingga saya bisa mengertinya, bukan hanya soal puannya saja. Mungkin bisa menjadi satu jalan untuk saya siap menjalankan apa yang namanya sebuah hubungan. Jalan yang membuat saya merasa lega bernafas, bergerak, menari bahkan menjadi raja dalam hubungan saya sendiri nantinya.