Selasa, 12 Agustus 2014

Bagaimana mencintaimu?

Bagaimana aku menunggu kehadiranmu?
Tanyakan saja pada bulan yang menanti fajar atau pada fajar yang menanti malam untuk silih berganti menjaga hari.
Atau tanyakan saja pada bintang di malam hari yang selalu mengharapkan kedatangan sinar matahari untuk dipantulkan dan menjadikannya ada.
Seperti itulah aku menunggumu.

Bagaimana aku mencintaimu kemudian?
Tanyakan saja pada lebah yang menghisap nektar bunga setiap pagi. Nektar yang menjadikannya hidup atau membuahkan sesuatu yang baru, yang disebut madu yang manis.
Atau tanyakan pada bunga matahari yang selalu menghadap arah datangnya sang fajar hanya untuk meyakinkan bahwa sinar tersebut selalu datang untuk menemani hidupnya.
Seperti itulah aku mencintaimu.

Teruntukmu, rupawan yang tak ku ketahui siapa.
(ditulis pada hari Rabu senja, 6 Agustus 2014 setelah menulis perbaikan jurnal)