Minggu, 28 Desember 2014

Bahasa Alam

Aku mendengar bahasa alam dimana-mana. Aku tahu alam berbahasa dengan indahnya. Satu-satunya bahasa titah tangan Tuhan yang paling indah dan merdu dibandingkan dengan bahasa belahan dunia manapun. Hanya ada satu cara menerjermahkan dan memahami bahasa itu, hanya perlu percaya dan menerima.

Pada saat ini telah banyak aku rasakan bahasa alam itu, bahasa yang mengisyaratkan bahwa tempatku bukan di sini. Di sini hanya menjadikanku makhluk dungu yang hanya bisa diam ketika ditusuk hidungnya dan dicambuk pantatnya. Menjalani hidup tetapi seperti mati. Di sini tidak menjadikanku merdeka, berdaya, apalagi bermakna. Aku ingin bernafas, ingin hidup dengan lincah sebisa apapun yang aku mau. Tempat ini memang indah hanya saja kurang tepat untuk aku. Bukan aku yang selama ini aku kenal jika sudah masuk tempat ini. Aku hanya bisa menjerit lewat kertas dan pensil. Tak mampu aku teriakan semua yang aku rasa lewat bahasa. Aku tidak nyaman.

Entah apa yang aku cari, ku tunggu, dan aku harap di sini. Bahasa alam ini seakan memerintahkan aku untuk beranjak dari tempat ini. Mencari sarang lain yang lebih indah, lebih membuatmu menjadi merdeka. Namun hal yang aku tahu mencari tempat lain itu tidak mudah. Aku harus kembali melewati rentetan jalan panjang dan melelahkan, dibutuhkan beberapa tetes keringat dan beberapa untaian tenaga untuk mendapatkannya, belum lagi harus dibumbui rasa kecewa jika tempat tersebut direbut oleh sesama pencari suaka. Belum lagi bahasa alam yang lain yang memerintahkan aku untuk tetap di sini demi satu pasang senyum indah yang seakan membiusku untuk lebih mementingkan senyum itu tetap berada di sana dibanding kebahagiaanku sendiri. Senyum dari orang tuaku. Sangat aku akui aku juga tidak akan pernah membunuh senyum itu dengan kotornya tanganku. Tapi satu hal yang harus mereka ketahui dan aku tak mampu mengutarakannya, aku ingin terbang.

Kini aku merasa seperti berada di tepi jurang yang aku buat sendiri. Entah mana yang harus aku pilih, terjun dan merasakan dinginnya dasar jurang itu? Atau tetap berada di tepi ini dengan hawa panasnya yang seakan membakar seluruh rasa dan aku tak mampu kemana-mana. Sehingga perlahan mati dalam kata dan nada, tapi bernafas namun tersengal di ulu hatimu. Kecuali jika aku mampu membuat keputusan besar dengan pikiran matang sehingga aku tidak membunuh sepasang senyum itu dan tidak membunuh jiwaku sendiri. Tuhan, berikan aku jalan itu.

16.12.2014 
Today I feel so tired. I just take a rest. I don’t know what I do, what I feel. Can I fall into your chest? I want to sleep. After that when I open my eyes I hope that all is gone. Gone likes air. I just tired for this situation. Sorry mom and dad, I can’t be strong. I can’t :(
(catatan kecil di buku tulis bersampul tempat yang sebenarnya aku inginkan)