Minggu, 11 Januari 2015

Jurang dan Mencinta

Pada saat ini izinkan aku mempertanyakan beberapa hal yang sebenarnya sudah pernah aku tanyakan beberapa waktu yang lalu. Pertanyaan yang muncul dari sepotong lirik lagu yang mengusikku untuk membicarakannya pada halaman pribadiku ini.

How can I love when I am afraid to fall? ( Christina Perri – Thousand Years) 

Terjemahan harfiahnya kira-kira: Bagaimana aku bisa jatuh cinta di saat aku takut terjatuh? Bagaimana mencari jawabannya, sulit bukan? Jatuh cinta seperti kata seorang penulis kawakan yang saya idolakan, Dee Lestari adalah seperti menggali jurang kita sendiri. Jurang dingin yang dibangun dengan tangan kita sendiri. Jurang yang sangat dingin dasarnya, yang dapat membuat kau sekarat atau bahkan sampai mati. Lupa akan dunia yang sebegitu maha luasnya ini menjadi sendu karena satu cinta yang telah membunuh warna dalam hidupmu. Dan kau diibaratkan berdiri di tepinya, menunggu untuk limbung atau merdeka. Kedua pilihan itu ada esa ditangan orang yang kau cinta. Hanya dengan tangannyalah yang mampu menentukan apakah kau harus merasakan dinginnya dasar jurang itu atau malah merdeka dengan kobaran api asmara yang kalian berdua hasilkan. Tapi tenang itu bukan hasil akhirnya. Hasil akhirnya kembali lagi pada tangan si pembuat jurang itu, mau bangkit melawan dinginnya dasar jurang itu atau memeluk dingin itu hingga kelu atau hingga kau mati.

Jatuh cinta juga bisa diibaratkan seperti meruntuhkan dinding benteng yang kita buat selama ini. Seperti keadaanku sekarang, benteng yang aku telah bangun bertahun-tahun ini untuk membekukan diri dari cinta runtuh begitu saja oleh rayuan manis seseorang. Menjadikanku takut untuk mendekam merasakan dingin dan warna di mataku seketika hilang dan yang tinggal hanya abu-abu. Aku takut itu. Memberi satu-satunya hati yang sudah tak kuketahui lagi bentuknya di dunia nyata ini pada seseorang yang berjanji sudi menjaganya, tapi waktu bisa saja tidak demikian. Aku sudah nyaman dengan benteng yang aku bangun selama ini, menjadikan aku kesatria yang kuat dibalut baju besi namun lunak di dalamnya seperti daging kepiting. Saking kuatnya aku bisa membunuh siapapun yang akan berada di sisiku. Namun jika aku lemah, cinta bisa membunuhku seperti tikus got yang kepergok mencuri makanan di dapur dengan sentuhan hangat racunnya yang mematikanku perlahan. Kadang aku berfikir apakah aku harus jadi kesatria yang kuat atau lemah. Aku tidak bisa menjadi di antaranya.

I wonder if I ever cross your mind? For me it happens all the time. (Lady Antebellum – Need You Now) 

Pertanyaan kedua ini kira-kira terjemahan harfiahnya seperti ini: Aku bertanya-tanya apakah aku pernah terlintas di pikiranmu? Untukku itu terjadi setiap saat. Ketika jatuh cinta, aku selalu mempertanyakan hal ini. terlalu posesif kadang ketika aku memikirkan hal ini. Ini kecil tapi menusuk, seperti duri ikan yang tak sengaja tertelan dan mengganjal di tenggorokan. Sakit bukan rasanya? Untuk beberapa orang menanyakan hal ini sama saja seperti bunuh diri dan memenangkan orang yang kau sayang untuk merdeka di atas matimu. Tanyakan saja kembali pada diri kita sendiri apakah kita cukup berharga untuk diingat seseorang, terlebih orang itu adalah orang yang kita sayangi. Untukku memang ketika jatuh cinta otakku seperti disetel ulang untuk hanya memikirkan satu orang, engkau. Pikiran yang dapat membuatku terbuai dalam lamunan tak berujung. Membuatku mati dalam waktu dan beku untuk merasakan sekitarku yang tetap bergerak. Bagaimana mengatur ini supaya tetap berjalan dengan kehidupanku biasanya. Apa memang sudah takdirku untuk mencintai dengan sepenuh hati walau hatiku bentuknya pun mungkin sudah tak utuh lagi karena sudah di hancurkan sedikit demi sedikit oleh pengkhianatan.

Jika memang cinta yang menghidupkan itu masih ada dan jika ada cinta yang mampu mengajarkan aku bernafas sekaligus mencinta dengan baik, aku selalu meminta pada Tuhanku untuk mendekatkannya pada wajahku. Ajarkan aku untuk hidup untuk cinta bukan cinta untuk hidup. Dekatkan aku pada cinta yang digadang-gadang oleh semua pujangga memang indah adanya. Bukan indah seperti topeng yang menutup luka atau derita. Cinta di atas segalanya.

Sabtu, 10 Januari 2015

Aku, Kamu, Kita, Kalian, Mereka, Kami, Semuanya

Pada detik jarum jam yang menggelendotiku pada tempat yang gersang ini aku mengamati satu hal. Satu hal yang entah ini salahku, salahmu, salah kita, salah kalian, salah mereka, atau salah kami. Suatu fenomena yang membuat saya sangat terusik. Membuat saya gerah untuk mengutarakannya pasa seluruh jagat raya. Entah duniaku yang berbeda atau saya yang aneh. Pada tulisan ini saya tidak akan menceritakan fenomena itu dan menghakimi ini salah siapa. Aku hanya ingin memberitahu satu hal:
Aku, Kamu, Kita, Kalian, Mereka, Kami, Semuanya adalah pengamat. Pengamat yang mempunyai tujuan, entah itu baik atau buruk. Pengamat untuk satu sama lain, saling berefleksi satu sama lain. Aku akan melihat dirimu dalam diriku, diri kita dalam diri mereka, diri kalian dalam diri kami. Pengamat yang mempunyai cara masing-masing dalam mengamati suatu hal atau apapun di dunia ini. Tujuan akhirnya hanya dua: Membenci dan menerima. Jika kamu, kita, kalian, mereka, kami sudah mengambil peran untuk membenci, berarti tugasku hanya menerima. Sederhana bukan? Aku tidak pernah memaksa siapapun untuk menerima saya. Silahkan saja membenci. Setiap saya membuka mata pada saat bangun tidur bukan untuk menekan siapapun untuk menerima saya. Saya hanya hidup pada satu titian jalan yang menurut saya benar. Entah saya hidup di satu dunia yang kecil sempit, sedangkan kalian hidup di dunia yang indah dan megah atau justru kebalikannya. Yang saya tahu hanya satu, saya bebas menari-nari dan berjingkrakan di dalamnya. Ini adalah taman bermain saya, bukan neraka yang kalian bangun sendiri. Taman yang dibangun dengan ledakan kembang api yang berwarna-warni, bukan dengan tembok tua yang lusuh. Silahkan ambil peran dan rasakan dunia ini, terserah mau memberi arti atau membenci.

SEMUA ADALAH PENGAMAT. PENGAMAT UNTUK SATU SAMA LAIN, PUNYA CARANYA MASING-MASING, TUJUANNYA BAIK ATAU BURUK YANG PADA AKHIRNYA HANYA ADA MEMBENCI DAN MENERIMA TERGANTUNG PADA KEPENTINGAN MASING-MASING. (STYPRUTANTO)