Dulu kita satu, menjajah bersama.
Masuk tivi bersama.
Dimanapun kita, selalu satu hingga tak ada satu lalatpun yang mengganggu kita
Dulu kita satu nafas, satu asa.
Dulu kita tawa bersama, tangis bersama. Ingatkah tentang fatahilah? Ingatkah tentang yell cinta satu malam dan keong racunnya?
Sekarang dimanakah semua rasa itu?
Terbelunggu oleh ego, isi hati masing-masing.
Kini kita sendiri, berjalan pada jalurnya sendirian.
Kini kita berkubu.
Tiba pada suatu masa ketika hal yang dulu pernah ada itu dibutuhkan.
Untuk satu perhelatan terbesar.
Ketika segelintir orang menggantungkan asa mereka.
Ketika sekumpulan manusia mengharapkan sahabatnya ada disampingnya.
Untuk satu alasan tertentu mereka harus dihadapkan pada satu situasi yang menegangkan hati, melelahkan rasa dan pikiran.
Ketika asa dan keinginan telah ada diotak mereka masing-masing
Bukannya melatih apa yang seharusnya diajarkan, tapi malah harus mendengar semua cacian.
Itu semua bukan mau kami, Kak!
Kami disini hanya ingin mencintai dan mengerahkan seluruh tetes peluh kami untuk tempat ini.
Persetan dengan mereka yang tidak mau meneteskan peluhnya diatas tempat ini.
Percuma bila tiap hari hanya kami yang kau caci, cerca dan nasehati.
Dua kemungkinan yang akan terjadi, menyerah atau termotivasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar