Pada saat ini kau antar aku pada satu gerbang dimana
segalanya terasa ada. Gerbang dimana segalanya terasa percaya, indah, megah.
Kau genggam tanganku dan kau giring aku dalam jurang yang aku buat sendiri. Kau
antar aku melewati tangga menuju dasar jurang itu. Mengantarkan aku hingga aku
ingin berteriak, menangis, bahkan tertawa hangat. Menjadikanku seketika tak
mengerti apa arti air mata ini. Kau juga yang mengenalkan aku mencintai dengan
megahnya, untuk pertama kalinya aku bisa menumpahkan luapan air mataku di depan
seseorang yang kini esa di hatiku.
Kau kenalkan aku pada cinta yang dulu pernah mati.
Menghidupkan ku kembali bagai kau meniupkan kembali roh dalam tubuhku yang
selama ini tertutup kabut. Kau menghujaniku segala yang pernah hilang dulu.
Rindu yang kini menhujani tubuhku dengan ributnya. Asmara kita yang
meledak-ledak bagai letusan gunung berapi. Lavanya memanaskan tubuh kita.
Membuat jurang kita menjadi bercahaya. Panas membara. Bukan jurang yang
dasarnya dingin dan menyelimuti sampai sekarat.
Kau memerdekakan aku dengan cinta yang aku buat. Bukan
menjadikan aku ada tapi terasa tak bermakna. Kau hidupkan kembali bagaimana
indahnya mencintai dan dicintai. Aku merasakan bahagia tak terdera dan cinta
yang merdeka. Kau bebaskan aku pada satu kebebasan cinta mutlak. Senyummu yang
seakan meyakinkan aku kembali akan cinta. Senyum yang semakin menarikku untuk
masuk lebih dalam merasakan hangatnya hingga aku tenggelam dalam gelap yang
indah.
Waktu, dan lagi-lagi engkau yang berpihak atas segalanya.
Aku ingin tetap berada di waktu ini, dan apabila memang kau harus tetap maju
antar aku ke dimensi waktumu yang lain tapi aku tetap seperti ini, berada
seperti ini dengannya. Aku sangat mencintainya. Tolong berpihaklah pada kami.
Kalau bisa kau buat aku beku namun sekelilingku tetap berputar. Untuk saat ini
aku rela beku jika memang ini semua menurutmu tidak akan sama pada detik waktu
yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar