Seperti pepatah itu, hidup memang tidak selalu datar. Ada saja kejutan-kejutan disetiap perjalanannya. Tetapi harus saya rasakan untuk yang kedua kalinya. Ya, hal ini bukan yang pertama terjadi dalam hidup saya. Saya tidak pernah menyakiti hati orang lain dengan mengambil paksa apa yang dimilikinya. Dan saya sangat berharap tidak ada yang ketiga kalinya. Ataukah harapan besar kan timbul suatu tanggung jawab yang besar pula. Semuanya sekarang sirna, hilang, bak air bah yang menyapu bersih semuanya tanpa sisa. Hanya menyisakan tangisan dan harapan-harapan yang berantakan seperti puing-puing rumah tua yang sudah tak dicintai penghuninya lagi. Saya tak punya apa-apa lagi sekarang, semua sirna. Kulihat semuanya terasa berubah dan dengan sedikit kesunyian saja semuanya seakan terulang kembali. Sangat sesak rasanya. Bagaikan beribu gas karbon yang dijejalkan keparu -paru saya. Sulit bernafas rasanya. Kulihat kedua orang tua saya yang mungkin juga lebih sesak dari dada saya sekarang. Terutama ibu saya, bertatap dengan muka saya dengan senyuman tulus dari bibirnya sembari tangannya bertumpuan dengan rambut basah saya karena peluh dan air mata yang rasanya sangat sulit saya bendung waktu itu. Saya harap saya bisa melewati semua ini dengan baik, semoga seluruh keluarga saya bisa menerimanya dengan lapang dada. Hanya barang fisik saja yang hilang, bukan nyawa apalagi raga ini. Dan sayapun dapat mengembalikan ini semua dengan kedua tangan saya yang saya miliki ini. Saya sangat memohon pentunjukmu ya Allah.
Setidaknya lewat kejadian ini saya bisa berfikir kalau itu semua bukanlah apa-apa. Hanya titipan darinya.
Dibalik itu semua, saya masih punya dua harta yang sangat berharga. Teman dan keluarga. Hanya kedua itu yang saya miliki sekarang. Dan saya yakin kedua harta itu tidak akan pernah bisa diambil dengan paksa kecuali dengan kehendak-Nya untuk kenirwana sana. Lagi-lagi pelajaran tingkat dewalah yang harus saya kecap. IKHLAS!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar