Perasaan apa yang sedang saya rasakan ini? Baru saat ini saya rasakan perasaan memburu yang dimata yang lain bisa disebut perasaan yang terburu. Memang rasa ini memburu, tak mau lepas mengikat tubuh saya. Membuat saya kadang menjadi kuat, tetapi lebih sering membuat saya lemah. Membuat saya tidak nafsu untuk melakukan aktifitas apapun. Makan, selain memang sariawan saya yang semakin sakit digunakan untuk mengunyah. Dan akhirnya hanya diam sendiri dan menangislah yang mampu saya lakukan. Banci, pengecut, lari dari kenyataan. Aaaaah sindiran dan sarkasme yang sudah sering saya terima seakan menjadi camilan saya sehari-hari.
Awal dari cerita ini mungkin jatuh cinta. Saya memang benci fase hidup yang satu ini. Kau bertindak seolah-olah membutuhkan saya, mendorong paksa diri saya untuk masuk dalam kehidupan kau. Dan ketika saya sudah masuk kebagian paling dalam itu, merasuk disetiap sudutnya, mengakar seprti pohon tua. Mengapa kau menganggapku hanya seperti berdiri didepan pintumu saja? Seakan kau tak menginginkanku. Setelah saya merasa bahwa nafas ini hanya berhembus seiring asmamu. Setelah saya bertekad untuk lebih memilih kau dibanding keluarga. Apa lagi sekarang? Merelakan kau pergi. Jangan harap saya bisa. Saya pernah berkata dengan hati ini. Saya mau kau yang terakhir. Yang menemani saya disaat saya mengejar kata kesuksesan itu. Dan nanti disaat mentari sudah saya genggam dan hanya kaulah yang tetap berada disamping saya. Ada kau disaat saya membuka mata dipagi hari, dan kau juga disaat mata ini lelah. Cuma kau yang aku lepaskan dan aku relakan suatu hari nanti untuk seseorang yang diberi nama oleh Tuhan sebagai JODOH.
Saya takut kehilangan dirimu untuk yang lain. Saya hanya rela kau pergi dengan seseorang yang bernama jodoh itu. Yang Tuhan kirimkan hanya untukmu. Menjaga hidupmu sampai mati, yang kau lihat disaat tutupan matamu yang terakhir. Memang bukan saya. Saya sadar itu. Tapi izinkan saya menjadi salah satu yang terbaik yang pernah kau miliki dalam arungan dan pelayaran kehidupanmu.
Saya tidak mau rasamu untuk saya berkurang sepeserpun. Karena rasa ini semakin kuat setiap hari. Semakin mengakar. Saya tidak mau kau berubah karena rasa memburu ini. Mengertilah kasih, rasa ini memang datang dari hati yang memburu dan terburu untuk kau sambangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar