Kau peluk aku seperti bayi, mungkin kau mengerti kalau aku rapuh. Sekejap kau larutkan aku dalam ragumu. Sebuah tanda tanya besar yang siap dilontarkan sedahsyat bom waktu, datangnya dari kepercayaan yang kau gugah dan kau usik kenyamanan peraduannya. Membuatku merasa seperti menjaga cinta ini sendiri. Orang tua tunggal atas rasa ini. Membuat kutermangu dalam harap, andai saja disetiap cinta ada penawar luka. Mungkin sakit hati takkan pernah terlahir didunia ini.
Namun setiap ragu ini membara dan membahana, kau datang membawa embun kesejukan untuk meredamnya. Menjinakkannya seperti anak anjing kecil dipelukan puannya. Kaulah yang membuatku meleleh dengan kata-kata indah. Kaulah yang membuat hati ini percaya. Membantu menemukan hati ini bahwa memang kata setia itu masih ada disela-sela nafas yang tersisa ini. Kau jualah yang berjanji untuk tidak menyakiti hati rapuh ini. Berjanji tak akan kalah oleh kenanganmu itu. Kenangan yang berselimutkan dan beriringan dengan rupawan-rupawan itu. Kau yang kini bersamaku, bukan siapa-siapa. Tapi kaulah yang menjadikanku bukan siapa-siapa menjadi sesuatu yang siapa. Kau yang membuatku berjanji bahwa cintamu untukku itu memang berharga, yang membuatku belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Kau yang mungkin selalu lelah dengan kemelankolisanku. Kau yang mungkin selalu lelah dengan sifat anak kecilku. Kau yang dengan hati lembut itu, menerima siapapun yang kau peluk sekarang. Baik buruknya, indah jeleknya. Kau yang menyakinkanku bahwa memang cinta sejati itu memang ada. Kau yang mengajariku, mengimamiku dalam religi. Sebelum kau bukan menjadi milikmu untuk kuserahkan kau dipelukan jodohmu. Izinkan aku jadi yang terakhir sebelum kita berjalan kembali dititian yang seharusnya.
Wahai kau, inilah aku. Bukan siapa-siapa yang selalu berusaha disetiap nafas yang ada untuk menjadi yang terbaik untukmu dan untuk mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar