Malam itu telah memutuskan untuk mempersunting malam dengan kelabunya dan hujannya yang rinainya sangat bergemuruh. Awan saja ikut menangis merasakan haru saya. Tanpa bulan dan bintang yang mungkin sedang merayakan semarak hati saya malam itu. Mengantarkan saya keperaduan yang sangat mahsyur untuk dipeluk ketika tubuh sudah terasa remuk di ulu-ulunya. Tentunya dengan dia yang datang mungkin untuk memberi warna untuk hidup saya yang selama ini kelabu dan abu-abu sperti klise film jaman perang dahulu. Dengannya membuat klise itu menjadi berwarna seperti hasil cetakan kamera masa kini yang diselipkan macam-macam piranti pelengkap dan fasilitas-fasilitas yang menggiurkan.
Teringat akan perjuangannya untuk saya, mukanya yang basah terkena rinai hujan yang mengamuk pada malam itu. Perjuangannya menerjang hujan dengan menggendong saya dipunggungnya. Erat pelukan saya padanya berharap bahwa ada sedikit hawa hangat yang saya alirkan untuk mencairkan dirinya yang terlalu beku untuk malam itu. Saya hanya bisa menunduk dibalik tirai penutup hujan itu yang mempersenjatai kami dalam melawan hujan yang tak terampuni lagi amarahnya untuk membasahi siapapun dan apapun yang tak berada diperaduan mahsyurnya. Ingin menangis, bahagia. Kali ini air mata ini bukan untuk menangisi sesuatu yang harus dilepaskan atau diikhlaskan. Melainkan bahagia yang saya pun tak tahu bagaimana cara mendeskripsikannya.
Yang pada akhirnya saya memutuskan bahwa inilah mungkin pelabuhan terakhir saya. Seperti malam itu yang telah berani mempersunting sang hujan yang tanpa bulan dan bintang menjadi temannya saat itu. Saya putuskan bahwa inilah yang saya cari selama ini. Tak ada yang lain. Berjanji bahwa perjuangannya untuk saya tidak main-main, maka cinta saya untuknyapun tak akan pernah main-main. Mencari yang lebih rupawan lagi? Tak munafik menurut saya, tetapi sampai kapan kita akan terus mencari? Kalau mencari yang lebih dan lebih lagi tak akan pernah ada habisnya, tapi carilah yang sayang dengan benar-benar tulus terhadap kita. Maka kita akan menemukan satu titik tujuan itu. Kembali pada pengorbanannya untuk saya, yang bisa dikategorikan bahwa belum ada orang yang mau berbuat sedemikian rupa hanya untuk saya selain keluarga saya sendiri. Orang yang notabenenya adalah orang lain, tanpa ikatan darah. Hanya dipersatukan oleh hujan dan cinta. Diselipkan oleh cerita seorang teman baru yang cerita hidupnya sangat inspiratif sekali dalam menjalani hidup ini. Khususnya hidup dimasa depan yang kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, lusa, dan seterusnya. Berjalan dibumi yang semakin tua dengan berbagai pembaruan yang sebenarnya sia-sia saja.
Terima kasih untuk semuanya Tuhan. Untuk hujan-Mu, malam-Mu, dan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar