Rabu, 24 September 2014

Depok, 23 September 2014, Malaikat Tanpa Sayap

Pernah melihat malaikat tanpa sayap yang menempel di punggungnya? Saya punya beberapa penawaran untuk membuktikan kalau malaikat tanpa sayap itu ada. Bukti ini nyata, tanpa rekayasa. Saya alami sendiri, saya rasakan sendiri uluran tangannya untuk jiwa saya.
1. Angky Ridayana
Perempuan ini berasal dari bagian tengah pulau Jawa. Jauh-jauh datang ke Depok untuk mengisi cawan kosong ilmunya di Universitas yang dengan bangga membawa nama negara kita tercinta ini, Indonesia. Datang dengan seribu harapan dan asa untuk masa depan yang lebih indah dari hari ini atau kemarin. Aksen ngapak yang selalu ia gunakan untuk memberi kami tawa, membuat kami terhibur. Punya mimpi yang tinggi, memacu juga saya untuk berani bermimpi.
2. Amalia Husna
Perempuan ini lahir di Jakarta. Menggunakan jilbab dalam kesehariannya. Alim, tetapi berfikiran terbuka. Bisa dikatakan kloningan saya. Beberapa sifatnya ada pada saya, mungkin karena alasan golongan darah kami yang sama, AB. Sosok perempuan islami masa kini, dengan pikiran global yang menjadikannya terlihat pintar dan tidak kolot seperti perempuan islami yang hanya mengharap imam datang untuk hidupnya, kemudian hidupnya aman. Tawanya yang selalu menenangkan kami kalau bahagia itu masih ada dan masih akan bisa kita rasakan esok dan seterusnya.
3. Berlindha Wimbardhani
Perempuan ini yang saya tahu tinggalnya di Tangerang, berasal dari keluarga Jawa, tepatnya Yogyakarta. Ditinggal sang ibu untuk ke surga, hanya mempunyai ayah. Lewatnya, ia meneruskan mimpi saya untuk menulis skripsi. Bangga bercampur bahagia melihat senyumnya yang sumringah ketika ia telah berhasil menyelesaikan skripsinya dan bisa bersanding dengan kami untuk Wisuda UI di Balairung. Perempuan ini memberikan arah untuk saya bisa kuat dalam menjalani hidup, mengejar cita, membuktikan pada dunia kalau kita bisa menaklukannya. Lewatnya pula yang mengajarkan saya bersyukur untuk saya selalu bersyukur masih mempunyai ibu.
4. Novia Rakha
Perempuan ini terlihat seperti orang asli Jakarta. Kebalikan Berlindha Wimbardani, ditinggal sang ayah untuk ke surga, hanya mempunyai ibu. Perempuan ini juga mengajarkan saya untuk bersyukur masih memiliki ayah. Sifatnya yang ceplas-ceplos, terbuka, periang menjadikannya saya cinta pada perempuan yang satu ini. Dia tidak suka basa-basi, semuanya ia bicarakan pada orang yang bersangkutan. Sifat ini yang membuat saya merasa aman berteman dengannya. Saya tahu salah saya dan bisa memperbaikinya. Jarang ditemui tipe ini pada masa kini. Periang, bahkan sayapun tak pernah melihat sedikitpun gundah dan duka di air mukanya. Walaupun saya tahu ada gemuruh di hatinya, ia tutup itu semua dengan senyumnya, semangatnya, tawanya. Saya dibuatnya terpukau dengan cerianya sekaligus mengajarkan saya bagaimana bahagia walau kenyataannya tak sama.
5. Retno Herny Rahayu
Perempuan ini berasal dari keluarga Jawa. Sifatnya agak sedikit moody. Suka dengan olahraga, lebih baik disuruh melakukan olahraga ekstrim dibanding masuk ke rumah hantu. Sangat penakut, tidak suka dibentak. Perempuan ini juga mengajarkan saya untuk bermimpi, berani bermimpi setinggi yang kita mau. Sangat cinta dengan negara-negara Eropa, khususnya Jerman dan Spanyol. Kalau itu bukan sebuah negara saya yakin dia sudah menaklukkannya dari kemarin. Pekerja keras, apapun pernah ia lakukan dalam linimasa pengalaman kerjanya. Tipikal orang yang memohon kalau waktu satu hari kalau bisa lebih dari 24 jam.
6. Usha Widya Rochmatika
Perempuan ini hampir sama seperti Angky Ridayana. Dia berasal dari Solo, jauh-jauh merantau ke Depok juga untuk menuntut ilmu. Sangat suka olahraga seperti Retno Herny Rahayu. Pembawaannya yang santai mengajarkan saya untuk selalu santai dalam menjalani hidup, jangan tergesa tetapi pasti. Lucky bastard nomor satu di jagat raya, keberuntungannya tidak diragukan lagi. Tempat saya berbagi cerita. Perempuan ini minim akan ekspresi. Sangat sederhana.

Itulah beberapa penawaran saya mengenai malaikat tanpa sayap yang saya tahu. Satu hal yang sama ada pada mereka semua adalah mereka mampu menerima saya apa adanya sebagai teman. Mereka tidak pernah menghakimi saya, menilai saya sebagai produk yang salah. Memberikan hadiah kecil yang sangat berarti ketika saya berulang tahun kemarin pada tanggal 23 September. Seperti keluarga kedua saya, di saat keluarga inti saya hanya memberikan ucapan selamat tanpa bingkisan apalagi lilin untuk ditiup dan memanjatkan doa.



Terima kasih untuk segalanya, selama ini. Barisan kata ini sebenarnya tidak cukup untuk mengungkapkan betapa sempurnanya kalian menjadi salah satu teman terdekat saya. Barisan kata ini juga tidak akan cukup menggambarkan apalagi menuliskan betapa banyak terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan untuk saya. Kalian adalah keluarga kedua, bukan lagi sahabat. Akan saya tempuh banyak cara, akan saya lewati jutaan belokan jalan dengan berbagai medan dan halang rintang, akan saya keluarkan berapa banyak materi yang saya punya hanya untuk kembali pada kalian. Terima kasih telah menjadi teman saya, cinta saya, tawa saya, keringat saya, canda saya, tangis saya, semangat saya, semuanya.

Untukmu, 
Angky Ridayana, Amalia Husna, Berlindha Wimbardani, Novia Rakha, Retno Herny Rahayu, Usha Widya Rochmatika. Love! ♥
" 'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning
Even when I lose I'm winning
'Cause I give you all of me
And you give me all of you." (John Legend - All of Me)