Kamis, 09 Februari 2012

Jawaban Terburu Memburu

Terburu dan Memburu. Setidaknya membuat saya tertampar karena perasaan ini yang seperti setan. Asing dan menjerat saya kuat. Membuat saya sangat tidak bisa berfikir jernih. Merasakan tamparan hebat akibat rasa asing setan itu. Rasa yang membuat saya mengelilingi malam sendiri tanpa tujuan. Menyambangi peraduannya yang sangat sulit saya tebak kejadian apa yang terjadi didalamnya. Peraduan yang mahsyur lengkap dengan gemerlap lampu merah menyala dan biru haru sebagai penyeimbangnya, lengkap pula dengan bidadari-bidadari malamnya. Membuat saya ingin berteriak didepannya bahwa saya sangat menyayanginya, saya takut kehilangannya. Kalau perlu membuat peraduan itu runtuh sehingga saya bisa melihatnya menyeruak keluar dan memeluknya dengan erat. Menjatuhkan semua rasa ini untuk dibagi dua. Saya tak sanggup menanggungnya sendiri.

Teringat berbagai komentar salah seorang teman saya. Bahwa hanya keluargalah yang memiliki cinta yang besarnya takkan ada tandingnya. Tak terkecuali dia, kamu, ataupun kalian. Merasa tertampar ketika mendengarnya. Tolol. Sempat berfikir untuk lebih memilihnya dibanding keluarga sendiri. Menangis. Sesak yang tak ada habisnya. Walaupun ini sudah berakhir sesaknya susah terobati. Membuat saya sepertinya harus pergi kepuncak gunung yang konon katanya udaranya sangat sejuk dan masih alami untuk dihirup. Setidaknya untuk mengurangi sesak ini. Teringat pula komentar darinya, dengan wajah geramnya yang membuat saya tertunduk malu dan meringkuk dipeluknya. Komentarnya atas keposesifan saya. Takutnya saya akan kehilangannya. Walaupun dia tidak berjanji untuk tidak menyakiti hati saya, setidaknya dia mencoba untuk menjaga hatinya untuk saya. Saya ingin lama dengannya. Tak mau cepat seperti terdahulu, yang saya rasakan hanya perihnya saja. Berjanji saling Percaya. Percaya, salah satu pelajaran tingkat dewa lagilah yang harus saya pelajari. Andai saja pelajaran ikhlas dan percaya itu ada ujiannya mungkin saya tidak akan pernah lulus ujian tersebut. Atau mungkin kalaupun lulus hanya mendapat nilai sekadarnya saja.

Tiba pada saat saya berfikir sejenak. Kamu dan Keluarga. Dua harta yang sangat mahal harganya. Dua harta dengan kadar kecintaannya masing-masing. Tak bisa disatukan hanya bisa dijaga agar cinta itu tidak berkurang. Dua bejana yang isinya sama sama penuh, yang tanpa saya sadari tidak bisa saya memlilih untuk mengurangi isi keduanya ataupun memecahkan salah satunya. Untuk kalianlah saya hidup saat ini, KAMU dan KELUARGA. I Love you, Pak Suman, Ibu Sarmiyem, Mbak Purwaningsih, dan kamu YP♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar