Minggu, 23 September 2012

Perahu Kertas untuk Neptunusku (1)

Neptunus,
Aku sudah dua kali mengirimkan perahu kertasku padamu. Sudahkah kau baca isinya? Aku merindukannya, Neptunus. Mengapa mencintainya sesakit ini. Seperti racun jingga dalam cakrawala kemerahan yang membakar setiap nafas yang kuhembuskan. Tapi tak membuatku mengabu ataupun mengarang. Bagaimana cara membuka matanya bahwa akulah masa depannya, bukan tentang nostalgia gila itu, apalagi ketakutan akan jurang kesakitan itu. Keduanya hanya fase hidup, oase kehidupan yang harus kita lewati dengan bijak. Disetiap ku membuka lamannya membuatku semakin yakin dia memang pernah mencintaiku. Tapi raganya tak bersamaku. Apalagi hatinya. Kesatria, apakah kau rasakan yang aku rasakan kini?

Kesatriaku kini lebih mencintai bayangan semunya. Yang dia yakini itu nyata. Nyata bagaikan makhluk astral yang bahkan kau sentuh wujudnya saja kau tak mampu. Sementara aku, yang bisa kau ajak bicara, berbagi, kau sentuh, bahkan kau peluk.

Kesatriaku kini sedang terbuai dengan nostalgia indah yang menghujam jantungnya. Setelah terbuai dengan istana yang pernah kita buat yang kini telah menjadi menara tua yang berdiri tegak dalam kematian, tetapi tak lupa cara hidup dan bertahan.

Kesatriaku kini sedang menari indah bersama pacuan kudanya mencari sosok putri yang hilang itu. Menari melihat semua keindahan dunia yang terasa hambar. Bersama hati yang tak pernah utuh bersama langkah kecil ragu nan malu yang dulu pernah pertama kali menyambangi menara tua ini dan menjadikannya istana megah. Kesatriaku ini sedang sibuk mendustai hatinya. Memakai topeng untuk membuatku pergi dan melepaskannya. Sibuk dalam kehidupan hampanya. Sibuk mencari jawaban atas pertanyaan yang sampai kini belum terjawab. sibuk mengatakan tidak bahwa sesungguhnya inilah jawaban yang sedang ia cari selama ini.

Kesatria, aku takkan pernah berpaling pergi. Semua kesakitan yang kau buat untukku justru semakin membuatku kuat untuk tetap menunggu kau kembali kemenara ini dan mengubahnya menjadi istana kembali.

Neptunus, sampaikan salamku untuknya. Sampaikan bersama riak ombakmu yang riuh, seriuh rindu ini meronta kepadanya. Sampaikan bersama makhluk lautmu bawakan cintaku untuknya yang mungkin akan melelahkan makhluk-makhluk lautmu. Sampaikan bersama perahu kertasku, layarkan kenangan dan mimpi kita kedalam dermaga hatinya. Yakinkan padanya bahwa mimpi itu akan tetap berlayar tanpa bayangan busuknya itu.

Neptunus, aku masih mencintainya. Dan malam ini aku merindukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar