Rabu, 19 September 2012

Kesatria part 2

“You always be mine”
“You’re amazing”
*berbagai variasi emotikon titik dua bintang ataupun kurung kurawa dan kurung biasa

Setidaknya itu sepenggal kata-kata yang kau pernah utarakan setiap satu per seribu detik setiap harinya. Kau ucapkan itu ketika kau masih mengagungkan kerajaan yang kita bangun bersama atas nama mimpi dan Dewi Lestari. Kisah kesatria kali ini tak sebahagia itu. Kini berbanding terbalik. Kisah ini bukan tentang kesatria yang sedang jatuh cinta lagi. Kisah ini tentang kesatria yang kini harus melanjutkan perjalanannya. Menemukan kembali putri lain yang harus ia selamatkan dalam tidur panjang tak berkesudahan yang menyakitkan itu. Ternyata bukan singgasanakulah yang mampu membuatnya bertahta. Akhirnya kau merasakan kerapuhan dalam istana megah kita. Terjebak dalam satu tanda tanya besar yang akhirnya memaksamu untuk memacu lagi kudamu untuk mencari jawaban dan titik akhir atas tanda tanya tersebut. Meninggalkan aku yang harus kembali lagi dalam kematian panjang. Mematikanku, walau kau sempat menghidupkanku dengan mimpi dan istana megah itu. Sekarang yang ada hanyalah menara berlumut yang mengurungku kedalam gravitasinya. Kuhabiskan hari dengan menatap perahu kertas kita yang kini melayang bagai arwah, mimpi kita, Dimas dan Reuben yang hendak menjadi nyata, proyek-proyek gila, tawa malam. Semuanya kini menjadi abu dan kekal dalam buku saja.

Kita pernah ada diposisi yang sama, namun kini aku bisa mendapatkan jawabannya. Tanpa perlu mencari. Sementara kau masih dalam kurungan tanda tanya yang masih menghantui dirimu. Aku tahu bagaimana rasanya. Sehingga kau harus mencari lagi jawabannya. Dan menjadikanku hanya sebagai persinggahan sementaramu untuk melepas lelah. Setelah kepergianmu membuatku kini harus memilih menjadi Agen Neptunus sesungguhnya. Tugasku sekarang menuliskan apa yang aku rasakan untuk kusampaikan pada Neptunus dengan bentuk perahu kertas. Kualirkan dimana terdapat aliran air, yang aku yakini kalau nantinya semua aliran itu akan berakhir dilautan dan semoga sampai kepadamu, Neptunus.

Kesatriaku, selamat jalan. Paculah kudamu sampai kau temukan titik itu. Titik atas akhir dari semua jawaban tanda tanyamu. Titik atas akhir belenggu nostalgiamu atas putri yang meninggalkanmu tanpa surat itu. Yang wajahnya masih berseri didepan mata fikiranmu. Selamat menikmati titik gravitasi yang menarikmu kembali kedalam jurangnya. Perjuanganmu untukku memang cukup sampai disini. Kontrakmu untuk ada di istanaku memang sampai disini.

Kesatriaku, menaraku akan selalu terbuka untukmu. Dan ketika kau lelah dan ingin kembali. Kembalilah. Aku akan tetap ada didalam menara ini untuk menunggumu sekuat yang aku mampu dalam matiku. Kehilanganmu memang sudah jalanku, entah sekarang ataupun nanti rasanya akan sama saja. Perih. Ini hanya masalah waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar