Senin, 29 April 2013

Kota ini

Aku cinta kota ini. Semua ornamennya membuatku syahdu dalam sengat matahari yang tak pernah ragu membakar kotaku. Bau angus kendaraan umumnya sangat akrab menusuk hidung bagai parfum kelas dunia barat yang memesona. Keringat yang selalu bercucuran menjadi hiasan dan alasan hakiki mengapa kotaku disebut kota metropolitan, kota yang tak pernah tidur. Tak lupa juga dendangan melodi penyanyi jalanan yang merdu membuat semakin syahdu kotaku. Siapapun yang mendengar petikan gitarnya atau pukulan gendangnya terasa terbuai untuk mengelana ditengah teriknya kotaku. Memberi warna tersendiri selain alunan lagu dari pemutar musik elektronik bernilai jutaan itu. Suara alam ini lebih indah dari teknologi apapun itu. Namun tak jarang juga pria-pria bebas yang kadang meresahkan hatiku dan seluruh aku yang tinggal di kotaku. Menjadikan ritme tersendiri dalam mengarungi kotaku. Memberikan rasa menggelitik tersendiri.

Kotaku tak pernah merasa sepi. Tiap detiknya sejak matahari masih mengintip malu di ufuk timur dan tenggelam enggan di ufuk barat, aku dan aku lainnya selalu menyambangi kotaku bahkan sampai titik penghujungnya.

Kotaku tak pernah berhenti. Selalu bermimpi bersama raja-raja penguasa yang selalu berjanji untuk membuatnya menjadi lebih baik.

Kotaku. Teruslah berjalan. Sama sepertiku, masih terus berjalan hingga kini untuk menemukan yang satu. Walau lelah tapi yakin. (Suatu sabtu siang terik, di atas kopaja sepanjang jalan Antasari menuju Depok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar