Minggu, 12 Juni 2011

Harapan mimpi

Ketika Tuhan sudah mengetuk kehendaknya dengan suatu bahasa yang disebut tidak, masih adakah hal yang masih bisa kita lakukan? Ketika suatu harapan dihadapkan dengan ribuan mata pisau yang siap menusuk, adakah tempat kita untuk bisa menyamankannya?
Bahkan dengan seribu peluh penuh asa dan seribu impian penuh makna tak akan ada yang bisa merobohkan kehendak itu. Kita hanya bisa bersyukur atas apa yang telah kita genggam kuat sekarang. Sebuah pelajaran tingkat dewa yang sangat sulit diterapkan oleh insan pemuja langit seperti kita ini. Cobalah sedikiit lebih rendah hati dengan memuja bumi dibanding harus memuja langit yang seakan menyakitkan leher dan menyesakkan dada jika jatuh dari atasnya.
Kita hanya bisa bermimpi atau berharap dan menitipkan mimpi itu ditanganNya dan sesukanya akan diapakan mimpi itu.
Mereka bilang saya pemimpi. Mereka bilang saya pembual asa. Saya memang seperti itu. Setidaknya untuk insan yang tak punya bongkahan harta atau sekelebatan tahta hal itu bisa menjadikan saya bermakna. Tidak berada ditempat busuk yang tak ada artinya bahkan untuk kecoa-kecoa bau itu. Tidak seperti seonggok daging yang menunggu mati. Hidup berawal dari mimpi dan akhirnya akan kembali pada tempat mimpi itu dibuat. Dan hanya satu kegiatan yang dapat kita kerjakan dibumi ini, yaitu BERSYUKUR!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar