Senin, 04 Maret 2013

(Masih) harus berlari

Nus, aku sedang tak mengerti rasa yang sedang aku rasakan. Abu-abu. Semakin aku coba rasakan semakin sulit aku jelaskan dengan kata-kata, bahkan dengan semua bahasa yang ada di dunia ini tak mampu mendefinisikannya. Rasanya aku benar-benar semakin tak mengerti apa yang sebenarnya aku cari, dan semakin tak tahu apa yang sebenarnya telah hilang. Jalanku juga semakin belukar, nus. Semakin tak bisa kulihat ujungnya. Dengan parangku juga tak mampu membabat belukar ini sehingga jalan untuk menemukan sesuatu yang hilang itu tak bisa terbuka untukku. Semakin gelap ketika ku telusuri jalan belukar ini. Hanya kutemui orang-orang singgah saja di jalanku. Tak pernah ada yang menetap. Entah apalagi yang harus kulakukan, apakah harus menunggu? Wahai penilai hati, temukan hatiku. Genggamlah.

Nus, dengannya aku seperti belum menemukan hidup. Cintaku bukan disana. Radar Neptunusku pun tak mengirimkan peringatan bahwa itu adalah memang tempat dimana aku harus berlabuh. Apa kisah tentang kesatria itu masih menghantuiku? Karena memang lewatnya aku bisa mengenalmu, nus. Mungkin cuma dia yang memiliki dunia yang sama denganku. Ah, sudahlah. Waktu itu sudah berakhir. Harus sangat aku akui bahwa hidup itu berjalan maju. Hanya maju. Hidupku memang maju. Tetapi hatiku belum terselesaikan. Entah tugas mana lagi yang harus kutuntaskan. Entah hutang yang mana lagi yang harus aku lunasi. Aku tak bisa memilih, nus. Aku cuma bisa dipilih. Jika satu-satunya perahu kertas yang aku larungkan kepadamu telah kau baca, berikan aku jalan, nus. Aku sesak dengan sesuatu yang terasa belum terselesaikan ini. Menyandung jalanku untuk maju dari keadaan diam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar