Senin, 04 Maret 2013

Untuk Engkau

Wahai engkau yang tak tau dimana. Ajarkan aku jalan untuk bisa menemukanmu. Bentangkan jalan itu untuk bisa kulewati. Sibak semua belukar yang menusuk jantung. Menggelapkan awan. Antarkan juga kudamu agar bisa menjadi kendaraanku menuju dirimu. Menjadikannya teman perjalanan yang akan menceritakan siapa tuannya. Perantara untuk mengenal engkau yang tak pernah kuketahui. Beri aku petunjuk jalan untuk aku berjalan, berhenti, berjalan lagi hingga aku tau kapan aku harus singgah. Beri aku nafas untuk melengkapi nafas tersengal ini. Beri aku semua lentera yang kau punya untuk menerangi jalanku. Aku tak ingin tersesat menujumu. Jika aku sudah sampai di depan pintumu, jangan lepas dulu. Bersiaplah kau di daun pintumu, agar aku masih bisa menggunakan sisa nafasku untuk semakin yakin berjalan menujumu. Peluk aku. Tatih aku. Alirkan seluruh hangat tubuhmu ke dalam tubuhku. Izinkan aku terlelap. Rengkuh aku wahai engkau yang sekarang belum aku tahu siapa.

Wahai engkau yang fana. Jangan lupa siapkan pula kudamu kembali. Kalau engkau tak berkenan dengan keberadaanku nanti. Untuk mengantarku pulang. Kembali dari peraduan mahsyurmu. Dalam jalan pulangpun aku tak ingin tersesat. Tersesat membuatku mati. Antarkan aku ke bibir pantai terdekat. Agar bisa kularungkan perahu kertasku untuk membawaku pulang. Menghilang darimu. Jika kau tak sudi dan aku harap kau ingat itu.

“Engkaulah gulita yang memupuskan segala batasan dan alasan
Engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan dalam samudera terkelam
Engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang menuju tempat tak bernama, tetapi terasa ada

Ajarkan aku Melebur dalam gelap tanpa harus lenyap 
Merengkuh rasa takut tanpa perlu surut 
Bangun dari ilusi, tetapi tak memilih pergi 
Tunggu aku 
Yang hanya selangkah dari bibir jurangmu.” 
(AKAR, Dee Lestari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar