Kamis, 07 November 2013

Bukan Tentang Aku dan Kamu

Tepat pada kemarau Agustus tiga tahun lalu, kita bertemu di tengah meradangnya matahari. Kita bersua di tengah padang dengan penuh sejarah kemerdekaan. Kita bercanda, tertawa, dan bercengkrama bersama meranggasnya dedaunan yang seakan haru melihat kebersamaan kita. Awal sebuah perjalanan panjang menuju jenjang dunia nyata di ujungnya. Berkelana kita untuk beberapa tahun ke depan. Berjelaga bahwa dunia mimpi masa sekolah sudah lama berlalu. Berganti dengan mimpi yang siap menjadi nyata. Ingatkah tentang itu semua kawan? Ini bukan tentangku, kamu. Tapi ini tentang kita.

Satu cinta. Satu asa. Satu cerita. Sederhana yang memberi makna. Pengantar kedewasaan yang haru. Penuh dengan tawa, canda, tangis, peluh, bahkan pengkhianatan. Berjuang melawan tahap demi tahap pelahap tidur lelap kita. Tak jarang setiap gulita malam tak menakutkan lagi untuk kita mengarunginya. Berjuang membunuh monster yang bernama tugas. Berkejaran silih berganti pada setiap kesempatan untuk mengalahkan deadline. Asa kita, yang sampai saat ini masih bisa membuat kita masih bertahan menempati kediaman ini. Walaupun banyak kawan kita yang tidak sudi menempatinya. Begitu banyak cerita dan cita dalam setiap perjalanan ini, yang membuat sebaris tulisan ini tak cukup untuk menggambarkannya, apalagi menceritakannya. Cerita-cerita yang selalu membuai kita hingga lupa akan waktu. Semua pertanyaan awal sejak kita bertemu, akan kita temukan semuanya beberapa jengkal dari mata kita. Sudah tidak terlalu jauh, kawan.

Relakah jika waktu tanpa sadar telah mengantar kita ke ujung perjalanan ini? Inilah kenyataannya kawan, kita harus berpisah, walaupun bukan untuk saat ini. Sebentar lagi jarak itu akan datang, tanpa kompromi apalagi negosiasi. Tanpa sadar empat tahun itu kini hampir tiba. Kita akan menjadi apa yang kita mau. Kita akan menjadi penguasa, kawan. Bukan seorang manusia yang diajar, melainkan seorang manusia yang mungkin akan mengajar di muka dunia ini. Jalan masing-masing yang sudah menunggu kita sebentar lagi pada sebuah gerbang yang bernama hidup. Jalan yang akan menjadikan kita bernama tepat pada satu purnama. Jalan yang akan menemukan kita kembali di persimpangan untuk kembali bercerita, bercengkrama, memeluk rindu dengan cerita yang indah dari masing-masing dari kita. Cerita yang indah bagaikan dongeng pengantar tidur yang dulu hanya sempat kita dengar. Namun cerita itu nantinya sudah menjadi milik kita.


 Untuk kalian, Sastra Belanda 2010 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Kalian bukan hanya teman, tapi kalian nafas ini. Kalian bukan hanya sekadar cita dan asa, tapi sekaligus menjadi cinta. Kalian bukan saja pengantar mimpi menjadi nyata, tapi kalian pengantar kedewasaan yang berperasaan. Bukan hanya melodi dalam detak jantung, tapi udara yang memompa lewat rongga di dada. Terima kasih untuk waktu hampir empat tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar