Senin, 18 Juli 2011

Semanggi, Bendungan Hilir 2011

Ku lihat jalanan yang terang dengan temaram lampu jalan
Ku dendangkan segala yang pernah terjadi disini
Ku mainkan lagi semua yang pernah kulakukan dan kurasakan disini
Ku lihat jembatan semanggi yang setia meliuk jantung ibukota
Yang siap mengantar siapapun untuk mengarungi kehidupan ini
Jembatan yang selama ini kulewati dengan berbagai suasana hati
Jembatan yang mengenalkanku pada berbagai tempat

Ku usap bangku kendaraan umum yang melintas daerah ini
Yang pada tiga belas tahun lalu mengantarkanku untuk merasakan hidup disini
Kendaraan yang mengisi dan menemani sang jembatan dengan setianya
Setiap waktu, setiap detik, dan setiap deru yang dikeluarkan hanya untuk gemerlapnya
Ku mengadah untuk melihat menjulangnya gedung
Gedung gedung yang menemani berbagai kegiatan-kegiatan ekonomi didalamnya
Gedung gedung yang pertama aku lihat dalam hidupku
Yang pada saat itu tak mengerti pencakar langit jenis apa itu

Ku hela nafas yang dalam, ku masukkan dalam-dalam keparu-paruku
Berharap ini bukan detik-detik yang terakhir
Namun kenyataannya ini hanya sisa tak kurang dari sebulan
Semakin kulepas nafasku, semakin sesak saja rongga ini
Nafas yang penuh dengan melepaskan
Pelajaran yang hanya dewalah yang mungkin bisa melakukannya dengan mulus

Semua yang akan kutinggalkan suatu hari
Yang kutinggalkan dengan air mata yang sangat sulit kubendung
Dengan air mata yang sulit kujelaskan maknanya

Selamat tinggal jalan temaram ini
Selamat tinggal Jembatan Semanggi, tetaplah menjadi jembatan yang setia meliuk dijantung ibukota ini
Selamat tinggal kendaraan umum, tetaplah setia menjadi kekasih sang jembatan yang akan hanya hidup dengan derumu setiap waktu
Selamat tinggal gedung-gedung tinggiku, tetaplah berdiri sampai usia yang mampu merobohkanmu dan teruslah menjadi pencakar langit nan gagah
Hhhhhh.... Selamat tinggal Semanggi, Bendungan Hilir 2011~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar